Selasa, 30 November 2010

Meditasi


Raja Yoga berarti raja dari segala yoga. Dalam raja yoga kita biasanya mulai dengan meditasi. Ada suatu filosofi besar yang mendasar di dalamnya. Orang mungkin bertanya mengapa perlu untuk memulai dengan meditasi pada tingkat pertama dari raja yoga. Jawabannya sangat sederhana dan mudah. Kita sekarang mengumpulkan diri kita pada satu titik sehingga pikiran kita masing-masing dapat meninggalkan kebiasaannya berkeliaran yang sudah lama terbentuk. Dengan praktek ini kita mengatur pikiran kita masing-masing pada jalan yang benar. Karena pikiran sekarang merubah bentuk kebiasaannya. Jika semua ini dilakukan pikiran-pikiran kita tentu saja tidak akan kesasar.
Di dalam sistim pelatihan Sahaj Marg kita memulai dari dhyan yaitu langkah ketujuh dari Patanjali Yoga. Tetapkan pikiran kita pada satu titik dengan tujuan untuk menjalankan meditasi. Langkah-langkah sebelumnya bukanlah dipelajari secara terpisah, tetapi secara otomatis masuk ke dalam praktek saat kita mulai dengan meditasi. Dengan demikian banyak waktu dan tenaga kita disimpan.

Meditasi mungkin didefinisikan sebagai memikirkan terus menerus atas sesuatu atau tentang sesuatu.
 Sedikit banyak, oleh karena itu siapapun yang memikirkan terus menerus atas sesuatu mungkin dapat dikatakan terlibat dengan suatu meditasi. Guru-guru kuno dua-duanya, di Timur dan di Barat diajarkan bahwa sebagai apa seseorang meditasi, dia akan menjadi seperti yang dimeditasikan. Oleh karena itu mengikuti pendapat bahwa pada apa yang kita meditasikan kita mendapat atau menjadi seperti demikian dan merupakan kebalikan dari formula ini, jika kita ingin menjadi sesuatu, kita harus meditasi terhadap keinginan tersebut dan tidak ada yang lainnya lagi. Oleh karena itu jika tujuan kita adalah mencapai kenyataan atau menginginkan hasil yang dicapai menjadi satu dengan yang Paling Besar, maka obyek dari meditasi haruslah yang Paling Besar tersebut dan tidak ada lainnya lagi.
           
Tempat untuk meditasi.
Milikilah suatu tempat khusus untuk meditasi, mempunyai sikap tubuh khusus, mempunyai waktu yang khusus. Ini menciptakan suatu lingkungan di dalam mana  begitu kita datang, secara otomatis kita masuk dalam suasana meditasi, suasana hati merenung sehingga tempat khusus tersebut yang kita sediakan untuk meditasi dapat kamu katakan sebagai sebuah ashram juga.

Sikap tubuh.
Duduk dalam sikap tubuh yang cocok untuk satu jam di pagi hari dengan cara yang paling alami. Sikap tubuh harus selalu sama. Alasannya adalah dengan cara ini dia mendapati dirinya sendiri dihubungkan dengan kekuatan yang besar sekali. Satu-satunya yang dia terima pada permulaan untuk mencapai tujuannya yang khusus. Jadi suatu keadaan dimana dia dihubungkan dengan yang NYATA menolong dia banyak sekali sebagai permulaan yang utama.
Posisi tulang punggung tegak lurus,leher dan kepala dalam satu garis tegak lurus selama meditasi telah diajarkan merupakan posisi yang paling menguntungkan sejak jaman dahulu kala. Karena aliran keagungan suci dipercaya turun langsung pada abhyasi dalam sikap tubuh demikian. Di dalam cara atau praktek kami, bagaimanapun ini tidak dituntut. Biasanya saya menganjurkan abhyasi untuk duduk sewajarnya dengan sikap tubuh yang enak. Selain itu bahkan mereka yang mengambil posisi benar-benar lurus, sering ditemukan memberikan jalan secara otomatis kepada seorang pemohon, perlaha-lahan posisinya jatuh ke depan, sebagai bentuk timbulnya suatu penyerapan kebahagiaan. Dengan begitu mungkin dianggap lebih alamiah bahkan untuk tujuan naik ke keadaan kesadaran yang lebih tinggi. Sebenarnya suatu perdebatan terhadap suatu hal yang termasuk lebih kecil artinya , nampaknya tidak ada hubungannya.

Waktu untuk meditasi.
Sebaiknya duduk saat subuh untuk meditasi atau juka itu tidak memungkinkan pada jam tertentu yang cocok dengan abhyasi. Jangan merasa terganggu dengan hal-hal di luar tetapi tetap sibuk dengan pekerjaan kamu sendiri, pikirkan bahwa mereka sedang menolong kamu untuk merasakan kebutuhan akan penyerapan yang lebih besar di dalam praktekmu. Baik untuk meditasi antara jam 2 dan jam 4 pagi karena itulah saat yang paling baik selam 24 jam.

Mengapa kita harus meditasi selama satu jam?
Pada permulaan ketika kita muali meditasi, mungkin kamu tidak mampu untuk benar-benar meditasi, bahkan untuk satu menit dalam waktu 1 jam tersebut. Dan lama kelamaan kita mampu meditasi, sungguh-sungguh meditasi untuk waktu yang lebih lama dan lebih lama dan lebih lama. Karena ketika kita mulai, banyak waktu terbuang untuk menyesuaikan diri kita dengan situasinya, mencoba untuk mengontrol atas pikiran-pikiran kita, menempatkannya pada obyek dari meditasi dan menyimpannya di sana.
Pertama-tama kita harus membuat tubuh enak, dan sangat sering kamu akan menemukan orang-orang tidak mampu melakukannya bahkan selam seluruh periode meditasi. Mereka menggeliat-geliat, berputar  dan mencoba untuk menemukan posisi yang menyenangkan. Setelah itu kita harus mulai menyusun kekauata pikiran dan perasaan.
Jadi bila kamu memikirkan baik-baik hal ini, kamu akan benar-benar menghargai bahwa untuk meditasi secara pantas memerlukan banyak sekali waktu. Dan hanya pada waktu kita mulai benar-benar meditasi perkembangan kita dimulai. Jadi itulah persoalan dengan meditasi, sementara meditasi menyediakan janji yang sangat banyak, semua ini tergantung pada kita. bagaimana kita melakukannya. Dan oleh karena itu Master berkata : “Meditasi setiap hari”. Karena dengan melakukan ini lagi dan lagi kita lambat laun menambah kemampuan kita untuk menerima perintah atas situasi yang ada.
Jadi meditasilah setiap hari dan dia telah menjelaskan itu harus dilakukan pada waktu yang sama, dalam tempat yang sama, karena dengan demikian pikiran secara otomatis menjadi terbiasa pada apa yang harus dikerjakan. Jadi meditasi sebaiknya dipraktekkan seperti yang diperintahkan dan dalam sikap yang sudah diatur. Karena dengan demikian kita secara otomatis masuk ke dalam keadaan meditasi pada waktu yang tepat. Kamu tahu, ketika sapi diperah pada saat yang tepat, susu tersebut mulai menetes secara otomatis. Lihat, inilah nilai dari suatu hidup secara teratur.

Dapatkah kita meditasi lebih dari satu jam untuk satu kali meditasi?
Kita tidak boleh. Kita harus melatih semacam kontrol yang dapat membedakan atas waktu meditasi kita. Dapat terjadi kadang-kadang kita meditasi lebih dari 1 jam. Tetapi jika terus terjadi maka mungkin kita harus menyimpan sebuah jam weker dan keluar dari persoalan tersebut. Karena di dalam Sahaj Marg terlalu banyak meditasi memberikan suatu tekanan pada otak - setiap satu kali sitting. Karena Babuji telah mengatakan kita dapat meditasi selam 1 jam untuk satu kali meditasi, beberapa kali dalam 1 hari, jika kamu mempunyai waktu, tetapi tidak lebih dari 1 jam setiap kalinya.
Ini sangat dimungkinkan untuk 1 jam sitting kelihatannya seperti baru lima menit berlalu dan untuk 5 menit sitting kelihatannya seperti sudah 1 jam. Tidak ada yang harus dilakukan dengan kwalitas dari transmisi. Ini hanya menunjukkan bahwa ada perubahan dalam pemahaman kita sementara ini seperti yang kita mengerti.

Mengapa kita harus menutup mata ketika kita meditasi ?
Ketika kita membuka mata, kita melihat dunia luar. Ketika kita menutup mata, kita dapat mengalihkan perhatian pada keadaan di dalam diri kita sendiri. Oleh karena itu dalam meditasi kita harus selalu menutup mata kita.

Apa tujuan meditasi ?
Meditasi adalah suatu proses. Ini adalah suatu proses dimana kita menjalankannya guna mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai, yaitu suatu tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya atau sudah dikodratkan. Saya tidak mengatakan : “Baik, kereta api sedang berjalan, biarkan saya pergi kemanapun kereta api itu pergi. Saya akan berhenti di Howrah daripada di Vijayawada, dan itupun saya akan turun hanya karena kereta api sudah tiba pada sebuah persimpangan atau pada sebuah ujung yang penghabisan. Meditasi adalah sebuah pelatihan yang menggunakan pikiran untuk tujuan mengatur pikiran dengan usaha kita. Jika pikiran kita dapat secara otomatis mengatur sendiri, mengapa kita harus meditasi ? Kita sudah menjadi orang suci (Rishis) ! Seperti yang Babuji katakan, seluruh tujuan meditasi adalah untuk mengadakan pemutaran dari kenyataan hidup ini bahwa pikiran adalah master/tuan kita. Kita harus menjadi tuan atas pikiran kita. Hanya sebatas ini, kita hanya membalikkannya saja. Kamu tahu, tetapi inipun kita harus mengerjakannya. Hal ini seperti menunggang kuda. Kamu harus naik kuda itu dan melatihnya. Kamu tidak dapat menunjukkan sebuah buku dan berkata : “Ijinkanlah saya naik ke punggungmu dengan layak. Kamu pasti seekor kuda yang baik !”. Kamu harus naik, kamu harus menanggung resiko dilempar beberapa kali. Kamu harus menunggangnya dengan lemah lembut/ hati-hati tetapi dengan kontrol penuh terhadap kekuatannya. Kamu harus manis tetapi juga kamu harus tegas.
Pikiran harus diatur dengan sadhana kita dan ini dapat dimungkinkan hanya dengan disiplin awal yang digunakan untuk meditasi. Ini berarti bahwa sedikit kedisiplinan adalah hal pertama yang dibutuhkan untuk menghasilkan disiplin yang lebih besar dan yang paling besar. Jadi adanya sedikit kedisiplinan ini lah yang kita butuhkan, pertama secara fisik bahwa sedikit kedisiplinan digunakan untuk meditasi dulu. Secara mental sedikit kedisiplinan digunakan untuk mencoba meditasi terhadap apa yang harus kita meditasikan. Dengan cara demikian tercapai yang lebih besar dan lebih besar lagi pengontrolan yang teratur atas pikiran kita; yang membawa kepada disiplin fisik yang lebih besar dan lebih besar lagi sebagai hasil daripadanya. Karena pikiranlah yang memberi input ke dalam tubuh atas perbuatan-perbuatan, keinginan-keinginannya. Oleh karena itu meditasi adalah aktivitas yang paling penting, kalau kita intin membuat disiplin diri kita sendiri. Karena pada awalnya hal ini akan memungkinkan terjadinya disiplin mental, kemudian hal ini akan memungkinkan terjadinya disiplin fisik, mengatur kehidupan kita, memberi ketentraman di dalamnya, menghasilkan disiplin mental yang lebih besar dan lebih besar, menghasilkan dukungan terhadap dirimu sendiri, semacam perputaran yang menopang diri kita untuk membuat tujuan kita dapat dicapai. Oleh karena itu tanpa sedikit kedisiplinan tujuan tidak dapat dicapai. Jadi suatu tujuan memungkinkan untuk dicapai selama kita mempunyai kedisiplinan di dalam diri kita.
Jika tidak ada disiplin mental, disiplin fisik tidak dapat terjadi. Itulah mengapa kita meditasi. Untuk memperoleh pengaturan terhadap pikiran, membuatnya menjadi disiplin, membuatnya memungkinkan bagi kita untuk menggunakan pikiran kemanapun kita memilihnya, menggunakan pikiran, tidak menggunakan pikiran, menggunakan pikiran - dengan demikian mencapai 100 % kekuatan pikiran, sehingga memungkinkan apa yang sudah dijanjikan dari suatu yoga yaitu yogi (orang yang melakukan yoga) akan menjadi mahir dalam apapun yang dia kerjakan.

Mengapa kita tidak meditasi pada titik-titik lainnya ?
Titik di antara kedua alis. Pada titik ini ada sebuah plexus (pusat tenaga) terletak yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan kekuatan melalui sistem, kekuatan kehidupan - shakti, itulah yang kita sebut dalam bahasa sansekerta. Ketika seseorang meditasi pada titik ini, orang akan mempunyai kemampuan atau orang akan mencapai kemampuan untuk mengontrol shaktinya saja. Alasan yang sama berlaku untuk meditasi pada titik di hidung. Kita sudah diberitahu, di sini kamu akan memperolah kekuatan ekstra tertentu yang berbeda, misalnya kemampuan untuk melihat sesuatu yang kamu tidak dapat lihat dengan mata, mencium sesuatu yang kamu tidak dapat cium dengan hidung.
Dalam Sahaj Marg kekuatan tidak dapat melakukan apa-apa terhadap kenaikan spiritual. Kenyataannya seseorang berkembang kepada Yang Tertinggi dan suatu hari seseorang keluar dari tubuhnya masuk ke alam baka. Semua kekuatan, semua hal-hal lain yang sudah dicapainya, ditinggalkan dibelakang sini. Jadi apa yang orang lakukan dengan kekuatan ? Kekuatan adalah sesuatu yang orang pergunakan selama ia berada di dunia sementara, kehidupan sementara dan semua ini bisa semakin merosot.

Mengapa kita tidak meditasi pada obyek dan bentuk-bentuk lainnya ?
Bagaimana saya meditasi pada yang suci ? Master saya berkata, “Selama kamu meditasi pada bentuk yang terbatas, nama yang terbatas, berarti di sana ada pembatasan. Ketika kamu menyebut Shiva, dia hanyalah seorang Shiva, mungkin dengan senjatanya yang bermata tiga, dan ini, dan itu dan ular yang melingkar di leher. Ketika kamu menyebut Wisnu, dia hanyalah seorang Wisnu”. Jadi Master saya berkata, “Berjalanlah melebihi bentuk-bentuk ini, mereka hanyalah petugas-petugas alam. Yang satu adalah dewa pencipta, yang satu dewa pemelihara, yang satu dewa perusak. Mereka hanyalah petugas-petugas. Prinsip yang utama adalah apa yang kamu sebut PARA yaitu tidak mempunyai nama, tidak berbentuk, tidak mempunyai lambang-lambang. Dia tidak berbentuk, jadi dalam sistem kita tidak mempunyai bentuk. Dia tidak bernama, jadi kita tidak mempunyai sebuah mantera.
Jika kita mencoba untuk meditasi dengan 2 sistem atau 2 guru atau 2 hal yang berbeda yang sedang berperang di dalam pikiran kita, bahkan walaupun yang satu itu baik, kita sesungguhnya sedang menghancurkan diri kita sendiri. Oleh karena itu ingat-ingatlah kembali. Meditasilah hanya menurut sistem, apapun sistem yang kamu pakai. Jika kamu ingin mengikuti meditasi cara Sahaj Marg, kamu harus melakukannya secara lengkap, seluruhnya, mengesampingkan yang lain-lainnya. Kita tidak dapat mempunyai 2 Tuhan, kita tidak dapat mempunyai 2 metode, kita tidak dapat mempunyai 2 arus yang mengalir bersamaan di dalam pikiran. Ini seperti mencoba menciptakan daging dari sayur-sayuran . Hal ini tidaklah mungkin.
Mengapa kita meditasi pada hati ?
1. Hati adalah tempat duduknya Tuhan. Jadi ketika kamu ingin mendekati Tuhan melalui sistem yang ada pada kamu, kamu mendekatinya dengan merasakan kehadiran Dia di dalam hatimu. Tuhan berkata di dalam Gita : “Saya ada di dalam hati setiap mahluk hidup ciptaan Tuhan”.

2. Hati adalah tempat dimana kehidupan manusia, karakter manusia di tentukan.
3. Hati adalah yang menguasai hidup, di dalam sanalah jika ada hati, kita hidup. Jika hati berhenti bekerja, kitapun berhenti untuk hidup.

4. Hati adalah tempat dimana sirkulasi darah dimulai dan berhenti. Kamu tahu darah adalah unsur pokok yang paling penting bagi sistem manusia. Karena darahlah yang membawa zat makanan kepada setiap bagian tubuh, membawa kembali produk-produk sisa dari kehidupan, mengalirkannya ke dalam paru-paru, menjernihkan dan kemudian mengalirkan kembali kepada seluruh bagian melalui sistem tubuh.

Jadi hati dan darah merupakan bagian atau komponen yang sangat penting dalam kehidupan kita dan jika pembersihan dilaksanakan di sini, ini sudah mencakup seluruh sistem yang ada. Dan oleh karenanya kita membersihkan hati, menanamkan cinta ke dalam hati, inilah yang kita coba untuk lakukan di dalam Sahaj Marg. Dalam banyak hal kita mencoba membuat resapan dari penggunaan kekuatan yang unik, kekuatan atas cinta, kekuatan atas hasil karya spiritual Master masuk ke dalam hati, dari tempat ini kemudian menyebar melalui seluruh sistem.
 Master menempatkan dirinya sendiri, benihnya ke dalam hati dan oleh karena itu jika kita menerima biji tersebut dengan cara yang kita harus menerimanya, keajaiban terjadi bahwa masing-masing dari kita menjadi anak Master dalam segala hal yang diperlukan oleh seorang anak.
Kita harus melunakan hati kita, buat batu karang tersebut menjadi cair kembali, lembut. Apa tanda pertama dari kelunakan ini telah datang dalam dirimu ? Airmata ! Orang-orang meditasi dan mereka mulai menangis tanpa mereka mengetahui mengapa airmata keluar dari matanya. Inilah tanda pertama bahwa hati telah mulai mencair. Saat kekerasan hati yang seperti karang ini telah hilang dan hati sudah menjadi lunak dan lembut, Master membentuknya menjadi seperti apa yang Dia inginkan.
Sahaj Marg berhubungan dengan hati, Sahaj Marg bekerja pada hati, Sahaj Marg bekerja dengan hati. Kita mengirimkan sesuatu dari hati ke hati. Hatilah yang kita ubah. Apalah artinya manusia selain hatinya ? Disitulah bagaimana manusia digambarkan - murah hati, baik hati, berhati iblis, berhati keji, berhati dingin dan sebagainya. Inilah bagaimana kita menggambarkan manusia.
Hari ini kita tidak mengerti diri kita, bagaimana kita dapat mengerti orang lain ? Orang yang mengerti dirinya sendiri dapat mengerti setiap orang. Orang yang tidak mengerti dirinya sendiri, tidak dapat mengerti apapun. Bagaimana untuk memperoleh pengertian ini ? Duduk dan meditasi. Pusatkan perhatianmu pada hati dan kemudian lihatlah dalam dirimu keindahan yang sangat besar, misteri yang sangat bagus ada di sana.

Pikiran diubah sebagai hati.
Dengan meditasi saya membersihkan alat pemahaman saya yaitu pikiran. Seperti Babuji katakan: “Alat yang pokok”. “Untuk kehancuran kamu dan untuk kebangkitan kamu”. Tidak ada yang dapat sepenuhnya menghancurkan kamu seperti yang dilakukan oleh pikiran jika kamu berpikir salah, tidak ada yang dapat membantu mengangkat kamu kepada Tuhan seperti yang dapat dilakukan oleh pikiranmu. Oleh karena itu dalam teknik raja yoga, pikiranlah yang kita gunakan, pikiranlah yang kita jadikan tuan, pikiranlah yang kita pakai. Tetapi setelah melakukan itu, keseluruhannya dipindahkan ke hati. Seperti yang kita sebut dalam istilah kejiwaan yoga : sekarang hati menjadi pikiran. Kita berpikir dengan hati, kita melihat dengan hati, kita mendengar dengan hati, kita berbicara dengan hati, hati sudah menjadi diri saya. Kamu lihat, inilah keajaiban spirituality, bahwa kita membuat seluruh kehidupan dengan mengatur pikiran, dengan memperoleh kontrol yang luar biasa atau pengaturan pikiran. Sekarang kita mampu mengenal kebijaksanaan memiliki, untuk memindahkan seluruh kesadaran, alat-alat yang berhubungan dengan pengertian ke dalam hati. Kemudian dimulailah spirituality yang sesungguhnya.

Meditasi adalah menunggu.
Kosongkan pikiranmu. Bersihkan semua isinya - yang baik, yang buruk, yang diinginkan, yang tidak menyenangkan - semuanya. Buka pintu. Sabar. Tunggu. Samskara terlalu banyak di dalam dirimu. Jangan khawatir dengannya. Kamu berhenti menciptakan samskara. Saya akan melepaskan apa yang ada di dalam kamu dan membuat kamu siap seperti kendaraan sebagaimana apa yang harus dimasukkan ke dalam kamu untuk muncul dan menempati posisi yang tepat yaitu di hatimu.
Bersihkan hatimu, sucikan, buat segalanya siap sedia dan tunggu pemunculan Master. Menunggu berarti sungguh-sungguh membiarkan sebuah proses berlangsung secara lengkap.  Kamu memulai suatu proses dan kemudian menunggu. Kamu memasukkan kentang ke dalam panci, meletakannya di atas api dan kemudian menunggu. Menunggu menyatakan sebuah pengertian terhadap banyak hal. Seseorang yang dapat menunggu adalah orang yang mempunyai kepercayaan dan oleh karenanya dia mempunyai kesabaran untuk menunggu. Dia mempunyai kepercayaan karena dia tahu bahwa apa yang sudah dimulai harus berakhir. Tidak dapat berhenti. Oleh karena itu unsur kepercayaan masuk. Kepercayaan adalah apa yang ada di belakang kemampuan untuk menunggu. Kepercayaan dapat memindahkan gunung. Ketika saya mempunyai kepercayaan di dalam DIA, kekuatan Dia harus mengalir ke dalam saya. Hal ini seperti jika ada ruang kosong, maka kekuatan DIA akan ditarik menuju saya.
Menunggu tidak ada batasnya. Oleh karenanya menunggu menanggung atau mengambil bagian atas karakter yang tidak terbatas. Mengingat melakukannya berarti menghabiskan waktu dalam bagian-bagian kecil, bagian-bagian yang berbeda yaitu apa yang kita sebut detik, menit, jam. Jadi lebih jauh dikatakan orang yang menunggu adalah yang mampu berada di dalam ketidak terbatasan. Oleh karena itu Master adalh seorang yang dapat selalu menunggu.
Jadi kemampuna untuk menunggu menunjukkan kesabaran dan kepercayaan, kemampuan menunggu untuk jangka waktu panjang menunjukkan kepercayaan yang lebih besar dan lebih besar. Kemampuan untuk menunggu secara tidak terbatas menunjukkan kepercayaan yang tidak terbatas. Jadi inilah kapasitas yang harus kita kembangkan. Mohon dimengerti bahwa hidup adalah menunggu. Jika kita salah melakukan aktivitas hidup, maka kita lebih bodoh daripada binatang. Menunggu adalah perintah. Memperolehnya bukanlah tanggung jawabmu. Ketika kita menuggu - DIA memberi.
Kita benar-benar membuat sesuatu terjadi tanpa melakukan apapun. Saya tidak memanggil Tuhan untuk masuk ke dalam diri saya. DIA memang sudah berada di sana. Saya bahkan tidak harus membersihkan diri saya. Preceptor dan Master yang akan melakukannya. Saya hanya harus menyerahkan diri saya dengan sabar. Saya harus mau menerima. Satu-satunya cara untuk membuat sesuatu terjadi tanpa melakukan apa-apa adalah dengan meditasi.

Obyek dan metode meditasi.
Dalam sistem kami, abhyasi dianjurkan untuk meditasi pada hati, pikirkan bahwa cahaya Tuhan ada di sana. Tetapi abhyasi diarahkan untuk tidak melihat cahaya dalam bentuk apapun, misalnya seperti sebuah bola lampu atau sebuah lilin dan sebagainya. Dalam hal ini cahaya yang muncul di sana tidak akan nyata. Tetapi orang menggambarkan dengan spekulasi kreativitasnya sendiri. Seorang abhyasi dianjurkan untuk mulai dengan pengandaikan cahaya belaka dengan anggapan Tuhan ada di dasarnya. Apa yang terjadi kemudian adalah kita meditasi terhadap sesuatu yang paling halus yang harus kita peroleh.
Metode meditasi pada hati adalah untuk memikirkan cahaya Tuhan ada di dalam sana. Ketika kamu mulai meditasi dengan cara ini, harap pikirkan bahwa hanya cahaya Tuhan yang ada di dalam sana yang menarik kamu. Jangan hiraukan jika pikiran-pikiran dari luar sering membayangimu selama meditasi. Biarkan mereka datang tetapi terus saja lakukan pekerjaan kamu sendiri. Perlakukan pikiran-pikiran dan gambaran-gambaran itu sebagai tamu yang tidak diundang. Bila walaupun demikian pikrian tersebut masih mengganggu kamu, pikirkanlah bahwa itu adalah pikiran Master, bukan pikiran kamu. Proses meditasi ini sangat efektif dan tidak akan pernah gagal dalam memberikan hasil yang diinginkan.
Kamu hanya harus meditasi. Kamu tidak harus berjuang dengan pikiran-pikiranmu yang biasanya datang selama meditasi. Konsentrasi adalah sebuah hasil yang otomatis dan alami dari suatu meditasi. Mereka yang bersikeras untuk konsentrasi ketika meditasi dan memaksakan untuk melakukannya, biasanya akan menemukan kegagalan. Meditasi terhadap cahaya di dalam hati seperti cahaya Tuhan sendiri yang hadir di dalam hati. Pikirkanlah tentang DIA lagi dan lagi. Pikirkanlah DIA sampai kamu dapat memikirkan DIA terus menerus karena sebagai apa kamu berpikir, kamu akan menjadi seperti yang kamu pikirkan. Dalam sistem ini meditasi hanya pada Yang Tertinggi dan abstrak, karena meditasi pada obyek yang lebih kecil hanya dapat membawa pada prestasi atau pencapaian yang lebih kecil, mengecewakan tujuan yang telah ditentukan.
Master saya mengakui bahwa Yang Paling Tinggi dan abstrak sebagai sebuah obyek meditasi adalah sangat sulit bagi seorang pemula. Oleh karena itu dia menentukan cahaya sebagai obyek pertama, metodenya menjadi membayangkan bahwa hati diterangi dari dalam dengan kehadiran Tuhan yang bertempat tinggal di dalam. Saya harus menekankan bahwa ini hanyalah permulaan dan sebenarnya kita dianjurkan untuk tidak meditasi pada cahaya seperti sebuah sumber cahaya, karena akan menghasilkan hasil yang salah. Hal ini seperti papan menyelam di kolam renang, dimana papan tersebut memungkinkan penyelam untuk memperoleh cukup momentum untuk berangkat dan setelah penyelam berangkat, papan tersebut tidak mempunyai kegunaan lebih banyak lagi buat penyelam.
  
Apa yang kamu alami dalam meditasi ?
Meditasi dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang mengakibatkan hubungan erat beberapa orang dengan Tuhan. Kita meditasi pada yang abstrak, tidak berbentuk, tidak bernama. Karena Yang Tertinggi tidak mempunyai bentuk dan tidak mempunyai nama, tidak juga mempunyai kwalitas atau lambang-lambang. Oleh karena itu satu ajaran yang penting dari Master saya adalah Tuhan hanya bisa dirasakan dengan kehadirannya. Dan kehadirannya tersebut yang kita coba untuk rasakan selama meditasi. Dan dikatakan, saat kita meditasi dengan mata tertutup, kita mampu menyerap lebih dan lebih banyak intisari dari Tuhan yang kita cita-citakan dan menaikkan diri kita perlahan-lahan sampai saatnya tiba, dengan keagunganNya dan berkatNya kita hampir serupa dengan DIA.
Cahaya di dalam hati adalah konsep yang paling abstrak yang dapat kamu terima. Tidak mempunyai bentuk, tidak mempunyai bahan-bahan, tidak mempunyai berat. Jadi itulah sebagai titik permulaan, setelah meditasi kita berlangsung khusuk dan lebih khusuk, akan mengungkapkan kepada kita dari dalam diri kita sendiri, dengan keagungan Tuhan dan dengan usaha kita, bahwa ini adalah kesatuan dari 2 hal - siapa itu Tuhan atau apa kekayaan Tuhan yang sebenarnya. Dan pasti ada saatnya, ketika suatu hari kita dapat berkata : “Saya mempunyai suatu persangkaan tentang apakah semua itu, bukan karena saya pernah melihatnya atau merabanya tetapi karena saya sudah merasakannya.
Ini adalah pengalaman yang paling sukar dipahami dari semua peristiwa, bahwa saya merasa suci, karena saya adalah kesucian. Jadi Tuhan tidak dapat menjadi obyek dari pengetahuan, tidak dapat menjadi obyek dari penglihatan, tidak dapat diungkapkan dengan penglihatan. Tetapi seperti yang Master saya katakan, ketika kita meditasi dan meditasi tersebut benar dan sukses seperti yang seharusnya, kita lambat laun mengambil apapun yang dapat kita ambil dari sumber keTuhanan, dengan lambat laun menyucikan diri kita sendiri, malahan belum sampai taraf apa-apa orang itu dapat berkata, “Saya adalah Tuhan”. Kamu mungkin seperti Tuhan dalam setiap hal, dalam setiap kwalitas, dalam setiap apapun yang dapat kamu khayalkan. Namun Tuhan adalah Tuhan dan kamu tetap menjadi pengikut yang sederhana - tidak ragu-ragu akan disucikan ke tingkat tertinggi yang memungkinkan - namun demikian, “Dia adalah Dia, saya adalah saya !”.
Selalu coba untuk siap siaga terhadap apa yang terjadi dan sensitivitas akan berkembang. Banyak orang meditasi. Tetapi maaf saya harus katakan bahwa dari mereka tidak tahu apa yang sedang berlangsung dalam sistem selama meditasi. Karena mereka tidak memperhatikan untuk apa  ini terjadi. Seseorang harus siap siaga untuk sebuah transmisi dan tindakannya menurut sistem. Baru kesenangan atas meditasi yang sesungguhnya dimulai. Apakah seseorang mempunyai pengalaman atau tidak, transmisi akan bekerja dan melengkapi tugasnya. Tetapi kegembiraan yang sesungguhnya datang saat kita mengetahui apa yang telah kita peroleh.

Apakah biasa untuk merasa sakit kepala, marah, rasa mengantuk yang hebat segera setelah meditasi ?
Ini tidak biasa, tetapi ini kadang-kadang dapat terjadi. Dapat saja terjadi perasaan mengantuk jika kamu merasa khusuk sekali di dalam meditasi. Ketika kamu merasa khusuk di dalam meditasi kehidupan dari jiwa kita mengambil alih. Dan jadi kita ingin menjadi tidak aktif dan oleh karenanya kita ingin berbaring dan tidur dan sesuatu terjadi seperti demikian.
Saya juga selama beberapa tahun merasakan sakit kepala yang hebat setelah meditasi. Makin khusuk meditasinya, semakin kuat sakit kepalanya. Kalau sakit kepala datang, kita membetah-betahkan atau menahan saja. Kemarahan juga kadang-kadang datang karena alasan yang sama seperti ras mengantuk atau kelesuan. Karena menuruti meditasi yang baik, kita berharap untuk santai dan tenang, dan ketika teman kita, saudara-saudara datang dan mengganggu kita, kita merasa jengkel. Semua ini dalam beberapa hal berhubungan dengan alasan yang sama. Tetapi kita tidak harus peduli dengan hal tersebut.

Cara untuk meditasi
Ada 3 cara meditasi. Pertama, kita duduk sebagai abhyasi dan meditasi pada cahaya di dalam hati. Kedua adalah tingkatan yang lebih tinggi ketika kita berpikir, saya maksud ketika kita duduk dalam meditasi dan meditasi pada bentuk Master, di dalam hati. Tahap ketiga adalah ketika Master mulai meditasi pada abhyasi. Dan ini kejadian yang sangat jarang terjadi. Kamu lihat seorang seperti itu harus dilahirkan dan Master sungguh diberkati ketika dia memperoleh seorang murid pada siapa Master harus meditasi !

Dapatkah saya meditasi pada bentuk Master ?
Meditasi pada bentuk Master dianggap untuk dimulai hanya jika bentuk tersebut muncul secara spontan di hadapan kita dan itupun harus secara alami. Jika kamu mencoba memaksakan bentuk tersebut pada dirimu sendiri untuk meditasi, ini tidaklah alami. Tentu saja Babuji memulai meditasi pada bentuk Masternya sejak hari pertama. Untuk yang lainnya seperti kita, kita harus menunggu sampai kesetiaan kita kepada Master begitu besar, cinta kita kepada Dia begitu besar, baru saat itu ketika kita mencari cahaya di dalam hati, kita melihat Dia di sana.
Yang kedua adalah saat suatu bentuk muncul, kita harus meditasi pada seluruh bentuk, bukan hanya pada wajahnya. Harus dari kaki sampai  ke ujung kepala, semuanya harus ada di sana. Sekarang ketika hal tersebut dibuat-buat, dan orang mengambil bentuk Master untuk meditasi, mereka hanya mengambil wajahnya saja. Untuk Master, Babuji, hal tersebut mungkin terjadi, karena saat Babuji melihat Masternya, Babuji mengembangkan 100 % kesetiaan untuk Dia. Oleh karena itu Dia dapat mulai meditasi pada bentuk Masternya. Hal ini tidak berlaku untuk kita semua. Ada tahap ketiga. Dan itu ketika bentuk tersebut juga menghilang dari hati. Dan saya pikir kita sampai pada tingkatan yang Master sebut cahaya tanpa kilauan. Jadi kita mempunyai tingkat pertama yaitu cahaya di dalam hati, ketika seseorang kadang-kadang melihat cahaya itu sendiri sebagai sesuatu yang berkilauan. Setelah kita maju, menjadi cahaya yang tanpa ciri-ciri apapun, hanya pikiran bahwa cahaya ada di sana.
Jadi pada tingkat pertama kita mempunyai semacam pengilangan dari cahaya yang lebih kotor menjadi cahaya yang halus sekali. Baru pikiran atas kesetiaan, membawa Master masuk ke dalam hati. Dan kebanyakan jika tidak semua abhyasi, hal ini berhenti sampai di situ. Maksud saya, pikiran tentang Master di dalam hati, kehadiran Master berlangsung terus menerus, kamu lihatlah.
Tingkat ketiga, ketika bentuk juga menghilang, tidak ada apa-apa di dalam hati, tidak ada cahaya, tidak ada bentuk, tidak ada apa-apa. Saya pikir itulah yang paling sulit dan kondisi yang sangat jarang. Ini juga sangat sulit karena harus meditasi pada yang tidak ada apa-apanya atau tidak apa-apa sama sekali hampir tidak mungkin. Kesulitan lain adalah kita menjadi terikat dalam cara yang emosional kepada bentuk dari Master dan kita tidak bersedia untuk melepaskannya. Saya pikir tingkat ketiga hanya memungkinkan saat kita dapat mencintai Master tanpa mencintai bentuk dirinya. Saya akan menganjurkan bahwa syarat dari semua cinta, bahwa cinta atas bentuknya dipindahkan menjadi cinta pada intisarinya yang tidak mempunyai bentuk.

Apa yang akan kita peroleh dengan meditasi ?
Langkah pertama daru Yoga Sahaj Marg adalah, “Coba untuk membawa semua pikiran menjadi satu sorotan yang padat dan memfokuskan padanya. Dan aktivitas meditasi diduga akan diperoleh di sini. Kita mencoba untuk meditasi pada satu obyek, dan menahan pikiran di sana dengan suatu usaha atas kemauan/hasrat. Dengan demikia menguatkan pikiran dengan menggunakan kemauan. Dan pengulangan pemakaian kemauan, menguatkan kemauan tersebut kepada hasil yang lebih besar. Dan ketika kita sudah mampu mencapai ini, kita mempunyai sebuah pikiran yang telah mempunyai sebuah sorotan padat terfokus di belakangnya, dan kemudian menjadi alat dari pembukaan rahasia dalam banyak hal pada apapun yang kamu pergunakan akan membuka sendiri.
Dengan memasterkan kemampuan untuk berpikir terus menerus atas sesuatu, saya memperoleh pengaturanyang teratur terhadap pikiran saya sendiri. Sekarang saya mempunyai kemungkinan untuk menggunakan pikiran kemanapun saya pilih. Ini mampu menyatakan kepada saya kebenaran dari apapun yang saya cari. Jadi pada puncaknya meditasi tidak dapat melakukan apa-apa tetapi dijalankan sebagai alat untuk pembukaan rahasia. Karena pikiran disempurnakan, pikiran diatur dan pikiran menjadi satu titik dan sekarang saya dapat menggunakan untuk segalanya. Kecuali untuk mengetahui Tuhan, karena Tuhan bukanlah sebuah obyek, tidak dapat menjadi obyek dari konsentrasi. Oleh karena itu tidak ada konsentrasi dapat pernah mengungkapkan kehadiran Tuhan. Konsentrasi tidak dapat melakukan apa-apa tetapi menampakkan yang mana yang dalam warna sebenarnya.
Dalam meditasi kita masuk menuju pusat, melihat ke dalam hati. Untuk membuat ini mungkin, kita katakan, “Bayangkan cahaya suci,” kehadiran cahaya ada di sana. Ini hanya pengandaian belaka. Karena ini sesuatu pada apa untuk memfokuskan perhatian saya dan melatih pikiran saya untuk melihat ke dalamnya. Dan ketika saya sudah melatih pikiran saya untuk melihat ke dalam, ini dapat terjun ke dalam keabadian tanpa mencari sebuah obyek. Karena di sana tidak ada obyek. Pusat bukanlah sebuah tempat. Itu bukanlah apa-apa. Itu bukanlah sebuah lokasi dalam rauangan atau dalam waktu. Jadi bagaimana untuk mencarinya ? Bagaimana untuk menunggunya ? Bagaimana untuk memintanya? Kapan? Bagaimana? Mengapa? Semua ini mudah ketika kita duduk dalam meditasi.

KEBUTUHAN AKAN SEORANG GURU

“Di dalam spiritualiti kita butuh seorang guru melebih segala sesuatu
karena Dialah sistem yang hidup !
Kekuasaannya adalah kekuasaan yang hidup !
Pertumbuhannya adalah sebuah pertumbuhan yang hidup yang kita imbangi
dengan pertumbuhan kita sendiri.
Jadi spiritualiti adalah sebuah proses. Adalah sebuah metode pelatihan.
Ini adalah sebuah jalan kehidupan.
Dan ini membawa kita kepada apa yang Master namakan Kenyataan.
Kemudian kamu bejalan terus menerus.
Kenyataan membawa kepada kebahagiaan.”


SETIAP MEDITASI ADALAH SEBUAH LATIHAN DALAM KEMATIAN

Dalam agama Hindu, kami mempunyai anggapan bahwa pada saat seorang anak dilahirkan, berarti ia telah mulai untuk mati. Menurut saya, ini adalah suatu kenyataan.  Tidak berarti ia akan meninggal 60 tahun kemudian atau 100 tahun kemudian. Ia sudah memulai untuk meninggal. Hal ini seperti saat kamu memutar sebuah jam, maka jam tersebut telah memulai untuk istirahat.
Jadi kapankah kematian ? Kematian adalah saat kamu dilahirkan. Dengan efektif inilah kematian. Kelahiran adalah kematian. Tentu saja akan memerlukan waktu. Semuanya akan diambil. Tidak ada apa-apa lagi. Mungkin memerlukan waktu 60 tahum, mungkin 3 hari, mungkin 17 tahun, mungkin 124 tahun. Tetapi kematian telah terjadi. Pada saat kamu dilahirkan, kamu benar-benar telah mati. Tetapi kita berpikir inilah kehidupan. Sekarang menurut kebalikannya, pada saat saya mati, kehidupan saya dimulai. Itu yang saya takutkan, ini yang saya suka. Sekarang lihatlah betapa bodohnya pendapat ini.
Kita dilahirkan karena kita mempunyai samskara tertentu yang membuat perlu bagi kita untuk datang dan hidup lagi, dan belajar pelajaran yang kita harus pelajari lagi. Kesalahan-kesalahan yang kita telah perbuat di masa lampau pada jalan kita, jalan evolusioner kita, harus kita perbaiki.
Jadi dalam kehidupan ini ada sebuah tujuan, ketika kita tidak dapat belajar lagi, ketika kita sudah penuh seperti yang seharusnya. Sehingga jiwa dengan kebijaksanaannya yang tidak terbatas berkata, “Cukup, sekarang saya harus berubah”. Jiwa akan mengosongkan tubuh ini, dan jika harus kembali lagi untuk belajar pelajaran-pelajarannya, maka jiwa akan memilih lingkungan yang berikutnya, tubuh yang berikutnya, semua yang diperlukannya. Jadi inilah pilihan kita. Kita memilih berapa lama kita harus hidup, dimana kita harus hidup, pada siapa kita harus dilahirkan. Jiwalah yang memilih segalanya.
Tetapi apa yang terjadi ? Setelah kit dilahirkan, kembali dunia yang diberkati ini menguasai kita. Kembali keinginan-keinginan mulai tumbuh subur, godaan mulai muncul, dan pelajaran yang sudah dibuat menjadi hilang dan kita sekarang berada di jalan yang salah, sehingga pelajaran tentang kehidupan tidak dipelajari. Kehidupan kita menjadi sia-sia. Dengan demikian kematian kita menjadi sia-sia, karena kita mati hanya untuk hidup lagi. Kita mati agar kita dapat membangun untuk diri kita sendiri kesempatan baru untuk berkembang. Dan kesempatan itu kita sendiri yang merusaknya.
Jika kita berpikir tentang kematian dengan cara yang benar, kita harus mengatakan kepada diri kita sendiri, “Kita telah membuang-buang hidup kita, marilah kita jangan membuang-buang kematian kita”. Tahukah kamu ini harus menjadi pikiran kita yang terakhir. Karena apa yang tidak dapat saya capai dalam hidup, tentu saja dapat saya capai dalam kematian lagi, jika saya tahu apa yang saya lakukan. Oleh karena itu pada saat kematian, perlu untuk paling tidak ‘sadar akan tujuan dan mati’.
Untuk memastikan bahwa kita mempunyai pikiran yang benar pada saat pelepasan, semua hal inilah yang harus kita lakukan - Meditasi, Ingatan terus menerus, mengembangkan cinta untuk Master. Jadi jika kita telah menetapkannya sebagai kebenaran yang terus menerus dalam kehidupan kita, pikiran tersebut tidak dapat meninggalkan kita pada saat kita mati. Kita harus mati dengan pikiran dan kondisi ini.
Dan oleh karenanya tidak ada lagi pertanyaan mengenai dilahirkan kembali dan tidak diangkat. Agama Hindu berkata, bahkan jika kamu tidak mampu melakukan ini, tetapi pada akhir kehidupan kamu dan pada saat itu kamu mampu berpikir tentang Tuhan dalam bentuknya yang mutlak, yang mana tidak berbentuk, tidak ada lambang-lambang, keberadaannya tidak bernama, maka hal ini juga dimungkinkan terjadi.
Tahuka kamu bahwa  kematian tidaklah ada. Jika saya melepaskan kemeja saya dan meletakkannya di keranjang baju, hal ini tidak berarti semua sudah mati. Tidak juga berarti saya telah mati. Kedua-duanya masih ada. Yang terjadi hanyalah mereka tidak bersama-sama. Kemeja ada di suatu tempat, saya ada di suatu tempat lain. Apa yang harus dikhawatirkan ? Apa yang harus ditakutkan ?
Selama kita takut untuk mati, kit tidak akan dilepaskan, tetapi kita akan terus dipenjara di dalam lingkaran kelahiran dan kematian yang mana sangat kita takutkan. Ini berarti seseorang yang takut untuk mati akan harus mati lagi dan mati lagi sampai dia kehilangan ketakutannya.
Setiap meditasi adalah sebuah pelatihan untuk mati. Karena saat kamu pergi sangat dalam, masuk ke dalam dirimu sendiri dan setelah itu kamu keluar dan berkata, “Saya sudah terserap. Saya tidak tahu dimana saya. Saya bahkan tidak tahu apakah saya sedang tidur atau sedang meditasi.” kamu sungguh -sungguh tidak di sana. Dalam arti kamu mati di dalam kehidupan ini. Oleh karena itu meditasi adalah latihan di dalam kematian. Dan jika kamu telah melakukan ini dengan benar, kita seharusnya menjadi tuan dari kematian, tuan atas tindakan kematian, seseorang dapat mati ketika dia menginginkannya, seseorang dapat mati ketika dia memilihnya, kembali lagi dan kembali lagi jika dia menginginkannya. Jadi kematiannya bukanlah benar-benar sebuah kematian.
“ITU yang tidak pernah terjadi, seharusnya tidak pernah ada : ITU yang hari ini harus ada dan akan pernah ada,” kata sebuah Upanishad kuno. Jiwa adalah abadi. Jiwa adalah bagian dari intisari yang suci, yang terakhir, yang nyata, yang bersifat keTuhanan.
Tuhan tidak dilahirkan, Dia tidak mati. Oleh karena itu saya tidak dilahirkan, saya tidak dapat mati. Semua yang saya lihat dan alami atas kelahiran dan kematian adalah problem saya yang dijatuhkan kepada saya dengan pengamatan saya, orang-orang dilahirkan dan orang-orang mati. Oleh karena itu saya berpikir saya dilahirkan dan saya akan mati. Kenyataannya adalah tubuh saya masuk ke dalam kehidupan dan akan berhenti. Saya ini abadi.

Satu-satunya cara untuk mengatasi kematian adalah
jatuh pada kakinya dan berkata,
Master, bawalah saya: sebelum kematian mengambil saya,
Engkau bawalah saya.”

Jumat, 19 November 2010

Sanghadana


                Apabila di suatu Vihara tidak memenuhi syarat diselengarakannya Upacara Kathina, maka umat dapat menyelengarakannya Sanghadana ataupun Chivaradana. Sanghadana adalah segala bentuk dana(uang ataupun barang-barang kebutuhan dasar para bhikkhu) yang dipersembahkan pada sangha melalui seorang atau beberapa orang bhikkhu, sedangkan Civaradana adalah persembahan berupa jubah bhikkhu.
                Bilamana persembahan diberikan pada Sangha, maka umat harus secara tegas menyatakan tersebut sebagai “Sanghadana”
Sang Buddha bersabda : “berdana pada Sangha mempunyai nilai-dharma yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan berdana pada bhikkhu ataupun pada pribadi Sang Buddha sendiri”.
                Hal ini berbeda dengan dana persembahan yang khusus diberikan pada seorang ataupun beberapa bhikkhu penerima dan bukan pada Sangha.
Sekolah-sekolah, Vihara yang tidak ada bhikkhu yang ber-Vassa, dapat menyelenggarakan Sanghadana pada bulan Kathina. Jadi bukan Upacara Kathina. Hal ini guna meluruskan kembali atas makna suci Upacara Kathina dan Pavarana.
                Sementara belum cukup bhikkhu, maka Upacara Kathina dapat dilangsungkan tanpa kehadiran bhikkhu, sekedar untuk memperkenalkan tradisi Kathina dan membiasakan umat berdana pada Sangha.
Bilamana upacara Kathina diselenggarakan dengan ataupun tanpa kehadiran bhikkhu, maka yang perlu mendapat perhatian umat adalah :
  1. Seluruh dana yang dipersembahkan harus memberikan pada Sangha tanpa syarat, misalnya : dipotong terlebih dulu oleh panitia untuk kegiatan vihara atau pandita.
  2. Tidak dibenarkan sebelum berdana, memberi syarat pada Sangha, misalnya : bahwa dana yang terkumpul akan dibagi fifty-fifty dengan vihara/pandita.
  3. Bhikkhu yang menerima dana atas nama sangha wajib menyearahkan secara utuh pada Sangha dan tidak dibenarkan mengambil untuk dirinya sendiri atau membagikan pada orang/badan lain, tanpa seijin Sangha.
Atas keputusan sangha sendiri, dana yang terkumpul sebagian atau seluruhnya didanakan kembali untuk bermacam kegiatan dan keperluan, baik bagi vihara setempat atau bagi tempat lain.
Catatan:
Ada dua pengertian yang berbeda tentang pavarana, yaitu pavarana yang dilakukan bhikkhu pada akhir vassa dan pengertian pavarana yang dilakukan umat  pada seorang bhikku.
  1.   Pavarana dari bhikku adalah pernyataan kesedian bhikku , pada akhir vassa, untuk menerima kritik dan nasihat bhikkhu khususnya yang senior.
  2. Pavarana dari umat peryataan umat adalah pernyataan seorang umat kepada seorang bhikkhu tertentu terhadap kesediannya menjadi sponsor dan membantu kebutuhannya untuk suatu jangka waktu tertentu ataupun untuk waktu tak menentu.
"Hari Raya Umat Buddha dan Kalender Buddhis karangan Herman S, Endro" 

    Kamis, 18 November 2010

    Upacara Kathina


                    Sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih para umat pada para Bhikkhu yang ber-Vassa disana, maka dipersembahkannya pada Sangha, sebuah kain untuk dipotong dan dijahit menjadi jubah, yang disebut jubah Kathina(Kathina-Chivara). Upacara khusus tersebut dinamai Kathina-Pinkama.
                    Prosedur Kathina-pinkama seperti tersebut dalam vinaya adalh sebagai berikut:
    1.       Adalah hak Sangha untuk menentukan apakah Upacara Kathina dilaksankan atau tidak.
    2.       Bila dikehendaki, maka dipilih seorang Bhikkhu untuk menerima persembahan kain dibuat jubah dari umat.
    3.       Kain putih persembahan, dalam suatu prosedur formalitas pada hari Kathina, oleh Sangha diserahkan pada Bhikkhu terpilih untuk diukur, dipotong dan dijahit sesuai dengan Vinaya dan menjadi jubah.
    Proses ini dengan sendirinya dibantu oleh para Bhikkhu lainnya. Sesudah selesai, jubah putih tersebut dicuci, dicelup warna kuning dan dikeringkan.
    Semua prosedur ini harus dilakukan dalam satu hari, dari pagi hingga petang.
    4.       Jubah-jubah tersebut setelah selesai dikerjakan siap dibagi oleh Sangha, dalam suatu upacara, pada seorang yang berhak menerimanya.
    Hanya para Bhikkhu yang ber-Vassa di vihara tersebut yang berhak atas Jubah Kathina.
    5.       Pada malam harinya, bhikkhu terpilih dengan mengenakan Jubah Kathina menempati dampar dan kemudian berkotbah dan berterima kasih pada para umat atas dukungannya pada Sangha.
    Upacara Kathina ini penting untuk menunjukan kemanunggalan antara Sangha dan Umat pendukungnya(Pisungsung). Mereka saling-asih, saling asah, saling asuh, demi solidaritas dan kelenggengan Buddha-Sasana.
    Disamping itu Upacara Kathina mendorong seorang Bhikkhu menjadi Bhikkhu yang baik dan taat pada Vinaya serta mendorong umat menjadi umat yang baik serta taat pada sila, sesuai sabda sang Budhha : “Engkaulah yang harus mengigatkan dan memeriksa dirimu sendiri. O, bhikkhu, bila engkau dapat menjaga dirimu sendiri dan selalu sabar, maka engkau akan hidup dalam kebahagiaan”.­­­­­­­­­­­­­­­­17)
    "Hari Raya Umat Buddha dan Kalender Buddhis karangan Herman S, Endro"

    Rabu, 17 November 2010

    Upacara Pavarana


                    Upacara kathina di suatu vihara baru dapat dilangsungkan secara benar, bila di vihara tersebut terdapat paling sedikit 4 orang Bhikku, tidak termasuk Samarena, yang telah melakukan tekad (adhitthana) ber-Vassa di vihara tersebut, selama 90 hari secara sempurna.
                    Para Bhikkhu yang telah menyelesaikan masa Vassa tersebut, sebelumnya melakukan upacara Parisuddhi(penyucian batin), dengan cara mengakui kesalahan-kesalahan yang telah atau mungkin diperbuatnya baik sengaja maupun tidak sengaja.
    Sesudah itu mereka bersama-sama membacakan ulang peraturan para Bhikkhu(Patimokkha).
    Upacara yang terpenting untuk memutuskan rantai masa Vassa adalah Upacara Pavarana yang diselengarakan oleh para Bhikkhu yang ber-Vassa di tempat itu, dengan cara mereka menyatakan kesiapan dan kesediaannya pada hari terakhir Vassa tersebut untuk menerima kritik, umpan balik atau nasihat dari para Bhikkhu (khususnya Bhikkhu Senior) guna kemajuan batin mereka.
    "Hari Raya Umat Buddha dan Kalender Buddhis karangan Herman S, Endro" 

    Selasa, 16 November 2010

    Masa Vassa Para Bhikkhu


    Hal-hal yang berkenan dengan Masa Vassa ini, Kitab Suci Tipitaka bagian Vinaya-Pitaka, Mahavagga Vassupanayi-kakkhandhaka, Sang Buddha besabda:
    “Anujanami Bhikkhave Vassane Vassam Upagantum Dve Ma Bhikkhave Vassupanayikaya Purimika Aparajju-gataya Asalhiya Purimika Upagantabha”
    Yang artinya secara ringkas masa Vassa haruslah dilaksanakan oleh para Bhikkhu. Selama masa itu terdapat hari pertama unruk memulai dan terdapat hari penutup guna mengakhirinya.
                    Masa Vassa atua masa puasa(Lent/Retreat Period), dimana menurut tradisi pada musim penghujan para Bhikkhu harus berdiam disuatu tempat dan mentaati aturan-aturan Vassa. Masa Vassa ini berlangsung selama 90 hari dan di mulai sehari sesudah purnama-sidhi bulan delapan(Asalhamasa) dan berakhir sesudah purnama-sidhi ke-11 (Assajujamasa), menurut sistem perhintungan sekarang jatuh pada bulan Oktober.
                    Dalam hal tahun kabisat, dimana terdapat bulan Asalha ganda, maka dengan sendirinya masa Vassa dimulai sehari sesudah purnama-sidhi bulan Asalha dan bukan yang pertama. Hari Asadha kala purnama-sidhi adalah patokan untuk memulai masa Vassa.
                    Hari dimulainya masa Vassa bilamana bulan memasuki konstelasi Asalha, namun pada Tahun Kabisat haruslah dimulai 30 hari kemudian. Malam menjelang hari penutup , masa Vassa, yaitu dikala purnama-sidhi bulan Assayuja, diselenggarakanlah Pavarana Dan atau Upacara Persembahan yang secara umum disini dikenal (secara kurang tepat) dengan Hari Kathina. Upacara Kathina akan berlangsung mulai hari pertama bulan menyusut(tanggal 16) bulan Assayuja sampai purnama-sidhi bulan ke-12(kattikamasa). Namun perayaan ini pada hakekatnya akan berlangung selama satu bulan untuk memberi kesempatan pada umat guna mempersembahkan dana kepada Sangha.
                    Sebelum memasuki hari Asadha, para Bhikkhu sudah mimilih dan berikrar untuk menjalan masa Vassa (Retreat) di vihara tertentu selama 3 bulan untuk memperdalam latihan samadhi dan memperbanyak pembabaran Dharmma pada para umut disamping mempererat saling pengertian, saling menghormati di antara anggota Sangha. Hal ini merupakan hal penting bagi kemajuan dan pemeliharan Ajaran Sang Buddha.
                    Selama masa Vassa, para Bhikkhu tidak layak berpergian terlalu jauh dari vihara. Mereka diijinkan menginap di vihara lain, bila keperluan mendesak atau tempat tujuan terlalu jauh sehingga tidak memungkikan untuk kembali ke vihara dalam waktu sehari.
    Maksimum hari berpergian menginap di luar kota adalah 7 hari. Bila ia menginap lebih dari 7 hari berturut-turut, maka masa Vassa menjadi gugur dan dianggap tidak ada Vassa. Masa kebhikkhuan seorang Bhikkhu dari tradisi Theravada tidak diukur dari berapa lama jadi Bhikkhu, namun berapa Vassa sudah dijalaninya dengan baik. Bisa saja terjadi seorang menjadi Bhikkhu selama 10 tahun, tetapi ia baru menjalani 5 Vassa.
    Peraturan tentang Vassa, tercantum dalam kitab suci Tipitaka, Bagian Mahavagga dan Cullavaga dari Vinaya-Pitaka.
     "Hari Raya Umat Buddha dan Kalender Buddhis karangan Herman S, Endro"

    Hari Besar Kathina


    Pada purnama-sidhi 3 bulan sesudah hari Besar Asadha, yang jatuh kira-kira pada bulan Oktober-November, para Bhikkhu telah menyelesaikan Masa Vassa(Retreat) dengan sempurna dan umat melakukan upacara persembahan jubah Kathina pada Sangha.
    Untuk dapat dilaksanakannya upacara Kathina, Sanghadana ataupun pavarana, maka seharusnya minimal satu orang bhikkhu. Jadi dana persembahan yang diselengarakan pada bulan Kathina tidak dapat dilangsungkan tanpa kehadiran Bhikkhu.
    Sedangkan untuk upacara lain seperti pada Waisak, Asadha, dan Magha, bila keadaan terpaksa karena tidak ada Bhikkhu, tetap dapat dilangsungakan.
                    Disamping mempunyai makna Pavarana atau Hari Kathina, maka purnama sidhi di bulan Oktober/November, juga mempunyai makna tambahan, yaitu:
    1.    Sang Buddha meyakinkan(vivarana) bahwa seorang Calon Buddha, Metteya/Maitreya, akan muncul dibumi pada kalpa sekarang, dan akan menjadi seorang Buddha.
    2.     Menyebarnya 60 orang Arahat pertama sebagai para Dharmaduta pertamaguna membabarkan Dharma pada semuanya tanpa mebeda-bedakan, demikian perintah sang Buddha.
    3.      Sang Buddha tiba di Uruvela guna menyakinkan 3 Kassapa bersaudara beserta 3000 orang pengikutnya, tentang kebenran Dharma.
    4.      Pencapaian Parinibbana dari siswa Utama, Sariputra Mahathera.
    "Hari Raya Umat Buddha dan Kalender Buddhis karangan Herman S, Endro"

    Selasa, 09 November 2010

    Manfaat meditasi

    Masalah utama dalam perkembangan spiritual manusia jaman modern sekarang ini adalah bahwa banyak orang yang tidak mempunyai waktu untuk berdiam diri,
    hening dalam doa. Mereka begitu sibuk dengan berbagai acara, baik yang
    bersifat rekreatif maupun bisnis.

    Banyak orang merasa bahwa waktu tujuh hari dalam seminggu selalu tidak cukup
    untuk tugas mereka. Bahkan seringkali waktu sehari dalam dua puluh empat jam
    pun dirasa masih kurang. Maka sering kali mereka tidak mempunyai waktu untuk
    keluarga, untuk diri sendiri dan apa lagi untuk Tuhan.

    Pulang kerja sudah malam, lagi pula lelahnya badan membuat tidak mungkin
    duduk berdiam dengan tenang. Langsung tidur itulah solusi yang paling banyak
    dilakukan. Menurut para ahli spiritualitas, hidup tanpa refleksi itu menjadi
    kosong dan kering. Karena kedalaman hidup rohani sangat dipengaruhi oleh
    kemampuan seseorang untuk memperdalam kepekaan dan kesadaran akan kehadiran
    Tuhan dalam hidup dan rahmat yang diterima sehari-hari.

    Dan semua ini dimungkinkan bila seseorang mempunyai waktu untuk refleksi
    diri dalam hening dan tenang bersama Tuhan dalam doa. Meditasi adalah salah
    satu 'cara' di mana seseorang mampu menciptakan keheningan itu dan
    ketenangan bersama Tuhan.

    Bila setiap orang beriman mempunyai kesempatan seperti ini, maka akan
    semakin jarang kita temui diantara kita, orang yang merasa tahu banyak
    ajaran agamanya, tetapi menjadi fanatik buta. Atau orang-orang yang 'cuek'
    dan tidak merasa perlu berdoa dan pergi ke beribadah, karena toh..Tuhan bisa
    ditemukan dimana-mana. Atau orang yang berpendapat keselamatan toh tidak
    ditentukan oleh aktifnya seseorang berdoa atau pergi ke beribadah.

    Menurut paham "Raja Yoga' atau lebih dikenal dengan sebutan "Patanjali
    Yogasustras", meditasi atau Dhyana adalah suatu kesadaran terus menerus akan
    kehadiran Tuhan dalam hidup. Meditasi adalah ' an unbroken flow of thoughts
    towards the object of concentration'.

    Dalam meditasi ini kita ingin masuk dalam pengalaman akan Allah, bersatu dan
    menyatu dalam kehadiranNya, bukan hanya sekedar memikirkan dan merasakan
    Allah. Berdasarkan pemahaman ini menurut Swamy Devaprasad ada bebeapa
    manfaat meditasi yang sangat membantu manusia untuk menemukan kedamaian,
    kebahagiaan dan keharmonisan hidup sejati. Manfaat dari meditas itu adalah:

    1. Meditasi membantu mengeluarkan dari hidup manusia penyakit mental,
    psikosomatik. Meditasi ini juga memurnikan pikiran, mengendalikan bicara dan
    menuntun tindakan.

    2. Meditasi mampu menguatkan budi, hati, pikiran dan badan, dan ini
    merupakan usaha preventif melawan berbagai macam penyakit.

    3. Meditasi membantu menghilangkan atau meredakan segala ketegangan dan
    mampu membuat seseorang merasa santai dan tenang.

    4. Karena keheningan sejati dan kedamaian hati yang dialami, meditasi
    membantu perkembangan hubungan interpersonal, baik dengan sesama maupun
    dengan Tuhan.

    Bila kita mempunyai waktu secara teratur, setiap hari dari
    hanya lima menit hingga setengah jam, alangkah besar manfaat dari meditasi
    ini. Ketenangan hidup dan kedamaian yang dirindukan setiap orang tidak perlu
    dicari dimana-mana, tetapi ditemukan dalam meditasi ini. Tidak percaya,
    cobalah sendiri dan anda akan mengalaminya.  
    sumber
    Quantcast

    Kamis, 04 November 2010

    Candi Borobudur

    Borobudur

    Borobudur
    Borobudur-perfect-buddha.jpg


    Borobudur terletak di Indonesia
    Lokasi dalam Indonesia
    Informasi Bangunan
    Lokasi dekat Magelang, Jawa Tengah
    Negara Indonesia
    Koordinat 7°36′29″S 110°12′14″E / 7.608°LS 110.204°BT / -7.608; 110.204Koordinat: 7°36′29″S 110°12′14″E / 7.608°LS 110.204°BT / -7.608; 110.204
    Arsitek Gunadharma
    Penyelesaian sekitar 800 TM
    Jenis stupa and candi
    Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut juga 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.

    Nama Borobudur

    Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
    Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang disebut Bhūmisambhāra. [1] Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.[2]

    Struktur Borobudur

    undefined
    Borobudur dilihat dari pelataran sudut barat laut

    Denah Borobudur membentuk Mandala, lambang alam semesta dalam kosmologi Buddha.
    Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa.
    Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana. Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.
    Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.
    Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
    Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.
    Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya pada zaman dahulu. menurut kepercayaan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh dirusak. Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini.
    Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.
    Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
    Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur Mandala.
    Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.

    Relief


    Tangga Borobudur mendaki melalui serangkaian gapura berukir Kala-Makara
    Stupa Borobudur.jpg
    Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi. Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-relief cerita jātaka.
    Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
    Adapun susunan dan pembagian relief cerita pada dinding dan pagar langkan candi adalah sebagai berikut.
    Bagan Relief
    Tingkat Posisi/letak Cerita Relief Jumlah Pigura
    Kaki candi asli - ----- Karmawibhangga 160 pigura
    Tingkat I - dinding a. Lalitawistara 120 pigura
    ------- - ----- b. jataka/awadana 120 pigura
    ------- - langkan a. jataka/awadana 372 pigura
    ------- - ----- b. jataka/awadana 128 pigura
    Tingkat II - dinding Gandawyuha 128 pigura
    -------- - langkan jataka/awadana 100 pigura
    Tingkat III - dinding Gandawyuha 88 pigura
    -------- - langkan Gandawyuha 88 pigura
    Tingkat IV - dinding Gandawyuha 84 pigura
    -------- - langkan Gandawyuha 72 pigura
    -------- Jumlah -------- 1460 pigura
    Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna sebagai berikut :
    Karmawibhangga
    undefined
    Salah satu ukiran Karmawibhangga di dinding candi Borobudur (lantai 0 sudut tenggara)
    Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat. Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia dan pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan.
    Lalitawistara
    Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan merupakan riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur. Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang
    Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti "hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.
    Jataka dan Awadana
    Jataka adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga. Sesungguhnya, pengumpulan jasa/perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.
    Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
    Gandawyuha
    Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.

    Arca Buddha


    Sebuah arca Buddha di dalam stupa berterawang
    Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta menampilkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
    Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, diatur berdasarkan barisan di sisi luar pagar langkan. Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya. Barisan pagar langkan pertama terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung. Jumlah total terdapat 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.[3] Pada bagian Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang). Pada pelataran melingkar pertama terdapat 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga terdapat 16 stupa, semuanya total 72 stupa.[3] Dari jumlah asli sebanyak 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah rusak (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicuri sebagai barang koleksi, kebanyakan oleh museum luar negeri).[4]
    Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa, akan tetapi terdapat perbedaan halus diantaranya, yaitu pada mudra atau posisi sikap tangan. Terdapat lima golongan mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas menurut ajaran Mahayana. Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat, dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang khas. Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat. Masing-masing mudra melambangkan lima Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna simbolisnya tersendiri.[5]
    Mengikuti urutan Pradakshina yaitu gerakan mengelilingi searah jarum jam dimulai dari sisi Timur, maka mudra arca-arca buddha di Borobudur adalah:
    Arca↓ Mudra↓ Melambangkan↓ Dhyani Buddha↓ Arah Mata Angin↓ Lokasi Arca↓
    COLLECTIE TROPENMUSEUM Boeddhabeeld van de Borobudur TMnr 10016277.jpg Bhumisparsa mudra Memanggil bumi sebagai saksi Aksobhya Timur Relung di pagar langkan 4 baris pertama Rupadhatu sisi timur
    COLLECTIE TROPENMUSEUM Boeddhabeeld van de Borobudur TMnr 60013976.jpg Wara mudra Kedermawanan Ratnasambhawa Selatan Relung di pagar langkan 4 baris pertama Rupadhatu sisi selatan
    COLLECTIE TROPENMUSEUM Boeddhabeeld van de Borobudur voorstellende Dhyani Boeddha Amitabha TMnr 10016276.jpg Dhyana mudra Semadi atau meditasi Amitabha Barat Relung di pagar langkan 4 baris pertama Rupadhatu sisi barat
    COLLECTIE TROPENMUSEUM Boeddhabeeld van de Borobudur voorstellende Dhyani Boeddha Amogasiddha TMnr 10016274.jpg Abhaya mudra Ketidakgentaran Amoghasiddhi Utara Relung di pagar langkan 4 baris pertama Rupadhatu sisi utara
    COLLECTIE TROPENMUSEUM Boeddhabeeld van de Borobudur voorstellende Dhyani Boeddha Vairocana TMnr 10015947.jpg Witarka mudra Akal budi Wairocana Tengah Relung di pagar langkan baris kelima (teratas) Rupadhatu semua sisi
    COLLECTIE TROPENMUSEUM Boeddhabeeld van de Borobudur TMnr 60019836.jpg Dharmachakra mudra Pemutaran roda dharma Wairocana Tengah Di dalam 72 stupa di 3 teras melingkar Arupadhatu

    Tahapan pembangunan Borobudur

    • Tahap pertama
    Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.
    • Tahap kedua
    Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.
    • Tahap ketiga
    Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
    • Tahap keempat
    Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung atas pintu.

    Ikhtisar waktu proses pemugaran Candi Borobudur


    Foto pertama Borobudur dari tahun 1873. Bendera Belanda tampak pada stupa utama candi.

    Teras tertinggi setelah restorasi Van Erp. Stupa utama memiliki menara dengan chattra (payung) susun tiga.
    • 1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
    • 1873 - monografi pertama tentang candi diterbitkan.
    • 1900 - pemerintahan Hindia Belanda menetapkan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
    • 1963 - Pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur, tapi berantakan setelah terjadi peristiwa G-30-S.
    • 1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur.
    • 1971 - Pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.

    Batu peringatan pemugaran candi Borobudur dengan bantuan UNESCO
    • 1972 - International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara dan Roosseno sebagai ketuanya. Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat. Sisanya ditanggung Indonesia.